
Karawang, 9 Maret 2025 — Kepunahan satwa liar di Indonesia semakin menjadi perhatian serius. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai spesies hewan endemik dilaporkan mengalami penurunan populasi yang drastis. Penyebab utama kepunahan ini adalah perusakan habitat, perburuan liar, dan perubahan iklim.
Salah satu contoh yang paling memprihatinkan adalah Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), yang kini hanya tersisa kurang dari 80 ekor di alam liar. Spesies ini terancam akibat deforestasi dan fragmentasi habitat. Selain itu, perburuan gading dan bagian tubuh lainnya juga menjadi faktor utama yang mempercepat kepunahan mereka.
Burung Cendrawasih dan Harimau Sumatera pun tak luput dari ancaman. Habitat mereka yang semakin menyempit akibat alih fungsi lahan untuk perkebunan dan pemukiman membuat populasi mereka terus menurun. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), populasi Harimau Sumatera diperkirakan hanya tersisa sekitar 400 ekor di alam liar.
Upaya pelestarian terus dilakukan, seperti program konservasi, penangkaran, dan patroli hutan. Namun, tantangan tetap besar, terutama dalam mengatasi perburuan ilegal dan perdagangan satwa. “Kami terus menggalakkan kampanye penyadaran masyarakat agar semakin peduli terhadap perlindungan satwa liar,” ujar Direktur Konservasi KLHK.
Pakar lingkungan menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi konservasi. “Jika kita tidak bertindak sekarang, Indonesia berpotensi kehilangan kekayaan alam yang tak ternilai harganya,” kata seorang ahli biologi dari Universitas Indonesia.
Kepunahan satwa bukan hanya kehilangan spesies, tetapi juga hilangnya keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, perlindungan terhadap flora dan fauna Indonesia menjadi tanggung jawab bersama demi masa depan yang berkelanjutan.